Kamis, 15 Oktober 2020

Bemo Kota Kathmandu

Jalan Protokol Kota Kathmandu Banyak Yang
Tidak Beraspal Dan Becek Kalau Hujan

Di Indonesia saat ini Bemo telah bisa dikatakan punah. Terakhir aku melihat bemo sekitar 7 tahun lalu didekat Hotel Le Meridien Jakarta, namun kini telah jarang dan mungkin tidak terlihat lagi. Di Surabaya, Bemo pernah menjadi raja jalanan dan ialah angkutan lazim yang aku pakai sehari hari untuk berangkat dan pulang sekolah. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi juga.

Bemo, Angkot Maupun Bus Kota Semuanya
Bebas Berhenti Menaikkan Penumpang Dimana Saja

Rasa rindu untuk melihat Bemo dan mendengarkan suaranya yang berisik ini sedikit terobati ketika aku berkunjung ke Kathmandu, Nepal. Bentuk Bemo di Nepal memang sedikit berlainan dengan di Indonesia walaupun sama sama beroda 3. Secara lazim Bemo di Indonesia lebih elok buatannya dan juga mesinnya.

Hampir Semua Windshield Depan Bemo
Kacanya Lurus. Ini Kaca Mobil Atau Kaca Jendela Rumah

Kalau kita telusuri lebih dalam lagi, ternyata Bemo di Indonesia itu build up dan diimport pribadi dari Jepang dan merknya Daihatsu Midget. Sedangkan Bemo di Kathmandu diimport dari India dengan merk Bajaj. Keduanya sama sama berisik alasannya adalah mesinnya 2 Tak, ada oli samping untuk adonan bahan bakar dan telah pasti knalpotnya senantiasa berasap.

Sudah Penuh Tetap Saja Menaikkan
Penumpang, Ya Jelas Harus Bergelantungan

Tapi, Bemo Daihatsu Midget yang beredar di Indonesia itu diproduksi antara tahun 1957-1972. Kaprikornus sangat wajar bila tehnologinya masih antik. Sedangkan Bemo Bajaj di Kathmandu semuanya bikinan 'Jaman Now' atau 'Jaman Millenial' seperti kini ini, tetapi tehnologi karoserinya masih terbelakang. Semua body Bemo Kathmandu masih dilas pakai las karbit, dikethok pakai tangan dan didempul sungguh tebal sekali. Sepertinya belum ada tehnologi 'Full Pressed Body' untuk Bemo di negara pembuatnya India dan juga di Nepal.

Terminal Bayangan
Bebas Ngetem Nunggu Penumpang Penuh Dimana Saja

Kebanyakan Bemo Bajaj yang lalu lalang didepan saya tehnologi pembuatan kacanya juga masih 'Jadul'. Semua kaca jendela samping dan windshield depan jarang yang tampakmelengkung. Mungkin kacanya bukan jenis 'Temperred Glass' juga namun kaca jendela rumah biasa. Kayaknya beling lengkung masih termasuk barang langka dan mahal untuk Bemo Bajaj. Kalaupun ada yang windshield depannya melengkung, lazimnya sudah di karoseri ulang atau tahun keluaran modern.

Tidak Ada Marka Jalan
Bemo, Angkot, Sepeda, Bus Kota Makara Satu

Cara naik dan turunnya sama persis dengan di Indonesia. Cukup melambaikan tangan dimana saja. Bemo Kathmandu bebas berhenti dimana saja ada penumpang melambaikan tangan. Terminal khusus bemo atau angkutan umum tidak tampaksama sekali tetapi Terminal Bayangan aneka macam. Dimana mana banyak terlihat bemo yang ngetem berderet deret nunggu penumpang.

Jalan Banyak Yang Berlubang Dan Tergenang Air
Ini Ibukota Negara Nepal

Meskipun penumpang telah sarat , sopir Bemo Kathmandu masih terus saja menaikkan penumpang ditengah jalan, Jadi penumpang bergelantungan juga banyak terlihat di kota Kathmandu. Baik penumpang Bemo, Angkot maupun Bus Kota semua ceria bergelantungan, yang penting mampu nyampai ke tujuan. 

Gimana bro, lezat di Jakarta kan mampu naik Bus Way, Trans Jakarta Feeder Bus, MRT ?. Baik di Nepal maupun India naik transportasi umum memang harus sengsara.

Jalan Di Kota Kathmandu Banyak Yang Becek
 Karena Tidak Beraspal

Penumpang Bisa Turun Ditengah Jalan
Bikin Macet Cuek Aja

Semua Kendaraan Berjubel Di Pusat Kota Kathmandu

Ngetem Lagi, Capek Deh

Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar